Pembahasan :
Berdasarkan literature, Terbagi atas tiga macam indikator
biologi yakni :
1. Jenis
indikator, dimana kehadiran atau ketidakhadirannya mengindikasikan terjadinya
perubahan di lingkungan tersebut. Jenis yang mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perubahan lingkungan (Stanoecious) sangat tepat digolongkan sebagai
jenis indikator. Apabila kehadiran, distribusi serta kelimpahannya tinggi maka
jenis tersebut merupakan indikator positif, sebaliknya ketidakhadiran atau
hilangnya jenis tersebut merupakan indikator negatif
2. Jenis
monitoring, mengindikasikan adanya polutan di lingkungan baik kuantitas maupun
kualitasnya. Jenis Monitoring bersifat sensitif dan rentan terhadap berbagai
polutan, sehingga sangat cocok untuk menunjukan kondisi yang akut dan kronis.
3. Jenis uji,
adalah jenis yang dipakai untuk mengetahui pengaruh polutan tertentu di alam.
Penggunaan serangga sebagai indikator kondisi lingkungan
atau ekosistem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Jenis serangga mulai
banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu
ekosistem. Serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui
kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies
serangga dari ordo Ephemeroptera, Odonata, Diptera, Trichoptera ,
Plecoptera,Coleoptera,family Scarabidae , Cicindeliadae,
Carabidae(Spellerberg,1995). Adapun untuk serangga daratan (‘terrestrial
insect’) studi sejenis telah banyak dilakukan pada berbagai kawasan hutan di
berbagai negera termasuk di kawasan hutan tropis.
Salah satunya ialah peranan Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch.) yang digunakan sebagai bioindikator hutan. Kumbang bubuk banyak digunakan dalam studi bioindikator
terhadap tingkat kerusakan hutan karena mereka memiliki peran ekologis yang
penting dalam ekosistem hutan tropis. Kumbang ini bersama dengan serangga
lainnya merupakan organisme dekomposer yang sangat penting, sehingga menentukan
ketersediaan unsur hara bagi vegetasi hutan. Mereka juga terlibat dalam
penyebaran biji-biji tumbuhan dan pengendalian parasit vertebrata (dengan
menghilangkan sumber infeksi). Distribusi lokal dari kumbang bubuk sangat
dipengaruhi oleh tingkat naungan vegetasi dan tipe tanah. Selain itu struktur
fisik habitat menjadi faktor penting yang mempengaruhi komposisi dan distribusi
kumbang bubuk.
Oleh karena itu kelompok serangga ini merupakan indikator yang
berguna untuk menggambarkan perbedaan struktur (bentuk arsitek, abiotik) antara
habitat. Jadi berbeda dengan serangga lainnya yang menggambarkan perbedaan
floristik (Komposisi spesies,biotik) suatu habitat melalui spesialisasi
herbivora (seperti pada ngengat dan kupu - kupu). Dengan demikian kumbang bubuk
ini digunakan sebagai bioindikator lingkungan terutama dalam ekosistem hutan.
Bioindikator tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa parah kerusakan hutan
yang terjadi. Dengan tingkat prevalensinya yang sedikit menandakan bahwa
frekuensi kehadiran kumbang di hutan juga sedikit. Indikasi ini menandakan
semakin sedikitnya populasi kumbang bubuk disuatu hutan berarti berkaitan
dengan kondisi kerusakan di dalam hutan yang terjadi. Karena merasa dengan keadaan
kerusakan hutan yang mengancam mengakibatkan populasi kumbang bubuk banyak
bermigrasi dan hanya sedikit menempati hunian hutan tersebut. Disisi lain
karena kesediaan bahan makanan yang semakin menipis menjadi salah faktor pemicu
rendahnya populasi kumbang bubuk pada suatu hutan.
Peran serangga sebagai bioindikator ekosistem hutan telah
didemonstrasikan dengan baik oleh Klein (1989) yang menguji peran kumbang bubuk
dari ordo Coleopterafamili Scarabidae terhadap dekomposisi kotoran hewan pada
habitat yang berbeda yakni hutan alami, hutan terfragmentasi dan padang rumput
(bekas hutan tebangan) di Amazon bagian Tengah (Central Amazon ). Laju
penguraian kotoran hewan menurun sekitar 60 % di hutan alam dibandingkan padang
rumput. Meskipun kelimpahan kumbang bubuk pada ketiga habitat tersebut tidak
berbeda nyata namun terjadi penurunan sekitar 80 % jumlah jenis kumbang bubuk
di padang rumput. Hal ini menegaskan bahwa setiap jenis kumbang bubuk memiliki
peran yang cukup penting dibandingkan jenis lainnya sehingga semakin tinggi
biodiversitas kumbang bubuk dan serangga lainnya menunjukan kestabilan
ekosistem hutan yang semakin mantap.