Jumat, 19 April 2013

1.Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010



Pembahasan :

Konsep waktu suhu merupakan salah satu yang berperan dalam keseimbangan tubuh organisme dengan keadaan waktu suhu di luar tubuh atau lingkungannya. Suhu merupakan faktor abiotik yang sangat berperan dalam proses aktvitas, reproduksi, dan kestabilan kondisi suatu organisme. Keadaan suhu dapat berubah setiap waktu bergantung pada keadaan musim yang ada serta faktor frekukensi intensitas cahaya matahari yang bersinar. Akan tetapi, konsep waktu suhu ini sangat erat kaitannya dengan hewan dengan suhu tubuhnya yang mengikuti suhu lingkungan (poikiloterms). Sedangkan kaitannya faktor suhu untuk hewan homoikiloterm akan memberikan respon berupa adaptasi tingkah laku untuk tetap menyesuaikan keadaan suhu di lingkungannya demi kelangsungan hidup organisme tersebut. Hal ini dikarenakan  bahwa pada hewan homoikilotem menghasilkan panas tubuhnya dan mempertahankan suhunya dengan sistem metabolisme di dalam tubuhnya sendiri tanpa mengikuti suhu yang berubah di lingkungannya. Akan tetapi, dalam pembahasan ini lebih ditekankan dengan kaitan konsep waktu suhu tersebut dengan hewan poikiloterm. Salah satu kompenen faktor abiotik ini merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan keadaan suhu tubuh hewan poikiloterm, salah satunya ulat bulu. Keadaan suhu tubuh yang selalu mengikuti perubahan terhadap lingkungannya, mengakibatkan terjadinya fluktuasi suhu tubuh yang selalu berubah. Mengingat, suhu di alam zaman sekarang tidak stabil dan tidak pada jalur yang tepat seperti dulu sebelum gencar-gencar terjadinya pemanasan global, mengakibatkan ketidaktentuan musim yang sudah ada. Maka dari itu, dengan faktor tersebut terjadi fluktuasi suhu pada tubuh organisme tersebut yang mengikuti suhu lingkungan yang berfluktuasi tersebut. Keadaan suhu yang ekstrim atau berada di atas standar minimum mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap perilaku ulat bulu, terutam dalam sistem reproduksi atau perkembangbiakannya khususnya untuk ulat bulu yang meledak pada tahun 2010-2011 di Probolinggo. Hal ini dikarenakan pada waktu itu keadaan musim di kota tersebut tidak menentu atau terjadi fluktuasi suhu menjadi musim penghujan dimana suhunya lebih rendah dan kelembabannya tinggi. Hal ini mengakibatkan pada sistem metabolisme suhu tubuh ulat tersebut juga mengalami fluktuasi yang mengakibatkan terjadi peningkatan suhu dari standar minimum yang menjadi suhu nyaman bagi ulat bulu dalam melakukan perkembangbiakan. Peledakan ulat bulu tersebut dikarenakan perkembangbiakan dan pertumbuhan ulat bulu tersebut yang semakin cepat dari normal karena adanya suhu yang ekstrim tersebut, atau dalam kata lain hewan poikiloterm memerlukan suhu lingkungan di atas batas suhu minimumnya maka akan semakin singkat waktu yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Maka dari itu dengan adanya faktor tersebut, terjadi peledakan populasi ulat bulu di kota Probolinggo.

Berdasarkan literature yang ada, Faktor lainnya yang memicu peledakan ulat bulu tersebut yaitu perubahan ekosistem yang ekstrim pada agroekosistem mangga. Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal, yakni musim hujan yang panjang pada tahun 2010-2011 yang menyebabkan kenaikan kelebaban udara. suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu lebih cepat. selain itu, Abu vulkanik terhadap letusan Gunung Bromo yang menyebabkan salah satu faktor peledakan ulat bulu juga, penanaman hanya satu varietas mangga, peralihan fungsi hutan menjadi hutan produksi, dan penggunaan input kimia seperti pestisida dan pupuk ikut menjadi pemicu ledakan populasi ulat bulu (Baliadi, Yuliantoro, dkk. 2012)

Berdasarkan uraian diatas, sedikit ulasan tentang adanya penggunaan bahan kimia (pestisida) juga berpengaruh terhadap resistensi tubuhnya terhadap pestisida dalam tuuhnya. Hal ini diakarenakan system metabolismenya yang mampu menyesuaikan dengan bahan kimia tersebut dilain sisi terjadi fluktuasi suhu yang ekstrim. Dengan demikian, ulat bulu tersebut semakin resisten terhadap penggunaan pestisida.

{*lebih jeasnya literature dapat dilihat di link jurnal http di bawah dengan literature konsep waktu suhu}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar